Menghayati Kewajiban Hari Minggu
Oleh: Paus Benediktus XVI
Saya mengutip tulisan Paus Benediktus XVI, paus emeritus, yang menjadi pemimpin Gereja Katolik, sebelum Paus Fransiskus. Saya mengutip karena pentingnya kita memahami arti kewajiban kita sebagai orang Katolik mengapa kita merayakan syukur dalam Perayaan Ekaristi hari Minggu di gereja. Kita sering kali merasa bahwa kalau sudah merayakan ekaristi lingkungan di salah satu rumah pada hari Minggu, seakan-akan kita sudah melaksanakan kewajiban tersebut.
Paus Benediktus menulis dalam Anjuran Apostolik Sacramentum Caritatis (Sakramen Cinta Kasih):
“Sadar akan asas hidup baru yang diberikan oleh Ekaristi kepada orang kristiani, para Bapa sinode menegaskan kembali pentingnya kewajiban hari Minggu bagi semua orang beriman (Katolik). Dalam hubungan dengan ini, para Bapa Sinode memandang hari Minggu sebagai sumber kebebasan otentik yang memampukan mereka menghayati setiap hari sesuai dengan apa yang mereka rayakan pada “Hari Tuhan”.
Kalau kita tidak lagi mempunyai keinginan untuk ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi dan pengenangan kemenangan Paskah, kehidupan iman kita ada dalam bahaya. Bersama dengan semua saudara dan saudari seiman, dalam jemaat liturgis Hari Minggu, kita meruapakan satu tubuh dalam Yesus Kristus. Partisipasi dalam jemaat liturgis ini (maksudnya: misa Hari Minggu) dituntut oleh kesadaran kekristenan kita dan sekaligus untuk membentuk kesadaran itu.
Kehilangan citarasa Hari Minggu sebagai Hari Tuhan, yang harus dikuduskan adalah gejala hilangnya citarasa otentik, citarasa dasar akan kebebasan sebagai anak-anak Allah.
Lebih lanjut Paus emeritus Benediktus XVI mengatakan bahwa Hari Minggu, Dies Domini dikaitkan dengan karya penciptaan oleh Allah. Manusia beriman diajak bersyukur dan bersuka cita atas karya itu. Sebagai orang Katolik kita merayakan syukur dalam Ekaristi.
Dengan demikian Hari Minggu tampak sebagai hari kudus utama, tatkala orang beriman di mana pun juga mereka berada, dapat menjadi duta dan penjaga makna hari yang sejati. Hari Minggu membangkitkan makna kehidupan kristiani dan memberikan cara baru dalam menghayati waktu, relasi, kerja, kehidupan dan kematian.”
Pendapat dari Bapa Paus emeritus Benediktus XVI mengajak kita semua untuk menghayati Hari Minggu sebagai hari Tuhan yang kita kuduskan dengan kehidupan baru. Kita mensyukuri rahmat kehidupan dan penciptaan yang kita alami melalui hidup sehari-hari, kerja, relasi, dsbg. Ekaristi juga harus disadari dan dihayati oleh orang-orang muda, generasi milenial supaya mereka mampu menghayati kewajiban itu sebagai rasa syukur atas kehidupan dari Tuhan. Kita bersama-sama dalam Ekaristi di gereja menghayati kasih karunia Tuhan itu. Jangan sampai orang-orang muda meninggalkan gereja oleh karena keinginan dan perasaannya sendiri. Orangtua wajib mendorong dan memberi pemahaman yang benar dan jelas.
Selamat menghayati.
Salam: Rm. A. Yus Noron, Pr