Mewujudkan Ketaatan Iman
Natal semakin dekat dan telah tiga minggu kita mempersiapkan diri menyambut kelahiran Sang Penyelamat. Dalam Minggu adven yang keempat ini kita akan dibantu dalam tiga bacaan, yang di dalamnya terdapat tiga tokoh yang dipanggil untuk mewujudkan ketaatan iman mereka.
Tokoh yang pertama adalah Ahas Bin Yotam bin Azia, Raja Yehuda. Ahas sedang berada dalam situasi sulit. Ia ditekan dari berbagai arah dari raja sekitar yang hendak menaklukan Yerusalem (daerah Yehuda). Disebutkan dalam Yes 7:2 bagaimana “hati Ahas dan hati rakyatnya gemetar ketakutan seperti pohon-pohon hutan bergoyang tertiup angin”. Bisa dibayangkan ya, pohon hutan yang biasa besar-besar dan kokoh itu bergoyang karena angin. Oleh karena itu, Yesaya dan anaknya Syear Yakub diutus Allah untuk menjumpai Ahas menyampaikan pesan, “Teguhkanlah hatimu, tinggallah tenang. Tidak akan sampai hal itu (kehancuran Yerusalem), dan tidak akan terjadi” (Yes 7:4, 6). Rupanya Yesaya menangkap ketidakpercayaan Ahas, sampai-sampai Yesaya menantang Ahas untuk meminta pertanda bahwa apa yang disampaikan Allah itu benar. Ahas dipanggil untuk menaruh ketaatan iman kepada Allah atas situasi ketakutan yang ia alami.
Dalam bacaan kedua, Rasul Paulus menyatakan dirinya “dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah”. Tuhan memanggilnya, dari seorang penganiaya Gereja, menjadi rasul bagi para bangsa bukan Yahudi (Gal 1:11-24). Perlu diketahui, bahwa orang Yahudi memandang bangsa-bangsa bukan Yahudi sebagai: PENDOSA. Sementara Yahudi lain tidak bersentuhan dengan para pendosa atau mengutuk mereka, Paulus, seorang Yahudi dipanggil untuk mewartakan kabar gembira kepada para pendosa tersebut. Allah telah memanggil Paulus “untuk taat kepada nama-Nya” (Rm 1:5). Dan sebagaimana Paulus taat, jemaat bukan Yahudi di Roma pun dipanggil untuk mewujudkan ketaatan iman mereka kepada Kristus.
Tokoh yang terakhir muncul dalam Bacaan Injil yaitu Yusuf suami Maria. Kita pun sudah langsung tahu apa yang Yusuf alami saat mendengar kabar kehamilan Maria, Istrinya. Punya niat baik untuk tidak mencemarkan nama baik Maria, Yusuf berniat menceraikannya dengan diam-diam tanpa melalui proses hukum perceraian terbuka yang diketahui publik. Rupanya, Allah berkehendak lain, meminta Yusuf mengambil Maria sebagai istrinya. Sebagai manusia kita membayangkan, pergulatan hati Yusuf yang curiga bahwa Maria hamil karena tidak setia. Tetapi malaikat meyakinkan Yusuf bahwa anak yang di dalam kandungan Maria bukan karena tindakan tak setia melainkan dari ROH KUDUS. Butuh sebuah ketaatan iman yang besar bagi Yusuf untuk menerima dan melaksanakan kabar dari sebuah mimpi ini.
Saudara-saudari terkasih, terkadang kita pun menjumpai peristiwa hidup yang sangat misterius, menakutkan, mengejutkan, serta menantang hati. Dalam peristiwa seperti itu kita tergoda untuk tidak percaya, menyerah dan mengambil jalan pintas. Dalam kesempatan itu, Allah memanggil kita untuk mewujudkan ketaatan iman. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya.
Tuhan memberkati.
Rm. Reynaldo Antoni H, Pr.