Tidak ada yang menyangka, wabah Covid-19 membuat kita harus berdiam diri di rumah untuk waktu yang panjang. Juga tidak ada yang tahu secara pasti, kapan wabah ini akan berakhir. Wabah Covid, pasti membawa kenangan tidak terlupakan dalam jejak kehidupan kita, seperti halnya keluarga kami. Kakak Clara harus menyaksikan berita kelulusan lewat Zoom. Sementara adek Megu, mendapat berita kenaikan kelas lewat WhatsApp. Ayah juga setiap harus mengisi daftar kehadiran bekerja di rumah lewat aplikasi kantor. Sementara posisi Ibu juga ‘naik peringkat’ seperti ‘Wonder Woman’ yang harus siap menjadi guru ‘home schooling’
Hari berganti hari, kehidupan yang tidak normal ini memaksa kami untuk berdamai dan belajar membuatnya menjadi ‘normal’. Harapan saat ini yaitu bagaimana kami tetap menjaga mental yang sehat. Para ahli mengatakan kesehatan mental mencakup emosi, psikis, dan kehidupan sosial yang sehat.
Kita masih beruntung, wabah ini terjadi ketika kemajuan teknologi tetap membuat kita mampu melakukan banyak hal seperti beribadat, belajar, video call, nonton, dan lainnya. Semua hal tersebut, tentu dapat membantu kita memiliki daya tahan yang baik untuk menjaga kesehatan mental.
Namun demikian, setiap manusia telah terbiasa dengan membangun ruang perjumpaan fisik, terlebih dengan mereka yang kita cintai. Tetap saja, kontak fisik menjadi ekspresi paling penting dalam suatu ruang perjumpaan. Adek Megu bercerita, walaupun setiap hari ia dapat melakukan WhatsApp call dengan adik Anjani (sepupunya), tetap saja Megu lebih senang bertemu secara langsung. Bertemu langsung membuat oboral mereka lebih seru, bisa lebih lama, dan juga bisa bermain. Berbeda dengan Kakak Clara, yang nampaknya enjoy saja walaupun, sudah cukup lama tidak bertemu dengan teman-temannya. Sekali-kali, tampak Kakak Clara melakukan WhatsApp call dan Zoom bersama teman-teman SMPnya.
Setiap manusia memiliki kebutuhan yang berbeda atas ruang perjumpaan dan wabah Covid-19, memberikan tantangan akan ‘ketahahan mental’ bagi mereka tidak terbiasa. Mungkin lewat peristiwa ini, peranan keluarga menjadi penting untuk kembali merajut kualitas relasi yang selama ini terabaikan karena kesibukan di luar rumah.
Jimmy Dean, seorang aktor terkenal dari negeri Paman Sam, pernah berkata ‘I can’t change the direction of the wind but I can adjust my sails to always reach my destination’, mungkin ada benarnya. Skala persebaran Covid-19, yang cepat akan sangat sulit untuk dibendung. Namun cara terbaik yaitu jika kita masing-masing dapat mengendalikan diri untuk menyelamatkan diri dan orang lain. Menahan diri untuk tidak berkumpul dan menjaga diri dengan hidup lebih sehat dan memakai masker ketika keluar rumah, adalah hal terbaik yang bisa kita lakukan.
Akhirnya, ruang perjumpaan sebetulnya tidak pernah berkurang. Jika sebelum COVID-19, kita lebih banyak di luar rumah, maka dalam masa COVID-19, kita memiliki ruang perjumpaan lebih baik bersama dengan keluarga. Mungkin inilah kesempatan kita untuk menguatkan ruang perjumpaan inti yang selama ini kurang kita perhatikan. Jangan-jangan nanti setelah COVID-19 selesai, kita semakin rindu akan suasana kebersamaan dan kedekatan dalam keluarga. Salam sehat untuk kita semua. Tuhan selalu melindungi.
Oleh Maxensius Tri Sambodo (Lingkungan Gerardus)