JAM KECIL YANG TIDAK PUAS

Sebuah jam kecil merasa tidak puas karena dia hanya dipakai oleh seorang anak kecil. Ia merasa iri hati ketika melihat jam Big Ben yang besar dan berada di atas. Ketika anak kecil bersama ibunya melintas jembatan Westminter, jam itu ingin agar ia berada di tempat jam Big Ben. Anak kecil itu mengijinkan jam tangan yang dipakainya itu ditarik dengan seutas tali yang panjang.

Akhirnya jam kecil itu ditempatkan di sebelah jam Big Ben yang besar. Katanya jam kecil itu ingin seperti jam Big Ben agar dapat dilihat dan berguna bagi orang yang melewati tempat itu. Setelah berada di sisi jam Big Ben yang besar, jam kecil itu hilang dari pandangan orang-orang karena terlalu kecil. Ia tidak nampak dan tidak berguna sama sekali. Jam kecil itu tidak dapat menunjukkan keindahannya ketika berada persis di sebelah jam besar. Ia menjadi kecewa karena tidak berguna sama sekali. Ternyata kedudukan yang tinggi itu telah membuatnya hilang pesona dan dirinya.

Itulah akhir kisah jam kecil yang tidak merasa puas dengan keadaannya sendiri. Kisah jam ini menggambarkan manusia yang ingin mencapai kedudukan yang tinggi tanpa melihat yang sebenarnya. Manusia sering mengejar kedudukan atau posisi dalam sebuah jabatan. Tanpa disadari, ia telah terjebak pada keinginannya sendiri, tanpa peduli terhadap orang lain di sekitarnya.

Dalam kitab Kejadian 16:2-4 dan 12-15 dikisahkan mengenai umat Israel sebagai umat pilihan Allah tidak pernah merasa puas terhadap kasih Allah. Mereka suka marah-marah terhadap Allah yang membawa dan membimbing perjalanan hidup mereka ke tanah perjanjian. Mereka merasa sebagai bangsa yang terpilih yang pasti mendapat tempat istimewa. Mereka suka membanggakan kedudukan mereka sebagai umat terpilih. Saat berada di tempat gersang mereka membandingkan keadaan mereka yang baik dan sejahtera. Dalam injil Yohanes 6:24-35 Yesus menyadarkan mereka bahwa mereka hanya ingin melihat Yesus dan mencari makan, tanpa mau bekerja. Yesus menasehati agar bekerjalah untuk mendapatkan makanan yang tak dapat binasa.

Kedua bacaan ini tentu menjadi inspirasi bagi umat beriman bahwa bukan kedudukan, jabatan, fungsionaris yang penting, melainkan kasih setia dan penyertaan Allah yang akan menumbuhkan harapan umat beriman. Di hadapan Allah bukanlah jabatan atau kedudukan melainkan ketulusan hati dan kasih kepada sesama yang akan menyempurnakan manusia. Yohanes 6:26 memberi gambaran bagi kita bahwa kadang-kadang kita mencari Yesus jangan karena hanya mau melihat tanda-tanda ajaib, melainkan karena Yesus telah memberikan kasih dan kebaikanNya kepada kita.
Mari kita renungkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Berkat Tuhan melimpah
Rm. A. Yus Noron, Pr