Orang kaya dan orang miskin

 

Perumpamaan ini mengisahkan tentang cara hidup orang kaya, yang tidak disebutkan namanya dengan orang miskin yang bernama Lazarus. Penginjil memberi gambaran orang kaya yang tidak simpatik dan tidak menyapa orang lain. Hidupnya hanya untuk berfoya-foya.  Disebutkan orang kaya itu setiap hari hidupnya bersukaria dan berpesta dalam kemewahan.

Berbeda dengan orang kaya, Lazarus digambarkan sebagai seorang yang sangat menderita. Tidak seorang pun yang membantunya. Dia penuh borok dan berbaring dekat pintu rumah sambil menantikan makanan yang jatuh dari meja si orang kaya. Dia tidak mendapatkan bantuan dari orang kaya itu, tapi malah anjing-anjing datang dan menjilati boroknya. Kehadiran anjing-anjing yang dianggap najis itu menggambarkan kondisi Lazarus sebagai orang buangan.

Baik orang kaya maupun Lazarus akhirnya mati. Keadaan menjadi berbalik. Lazarus diterima ke dalam pangkuan Abraham, yang digambarkan sebagai tempat kebahagiaan. Sebaliknya, berbeda dengan nasib Lazarus, orang kaya mengalami penderitaan sangat hebat. Penderitaan hebat di akhirat itu bukan karena di dunia dia memiliki pakaian yang indah-indah dan makanan yang enak-enak, melainkan karena ia tidak memberi perhatian kepada orang yang sangat membutuhkan. Ia menderita di alam maut itu karena ketidak-peduliannya kepada orang yang berkekurangan.

 

Saat ini dalam kehidupan kita, tidak bisa dipungkiri bahwa kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin semakin nampak dan cenderung melebar dari tahun ke tahun. Tidak ada data dan berita yang detil bahwa ada orang yang hanya bisa makan dari lumpur, yang dulu pernah jadi viral. Namun ketidakmampuan untuk membeli makanan pokok semakin banyak. Orang hidup dalam garis kemiskinan.

Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) memiliki Arah Dasar Keuskupan selama 5 tahun yang amat penting. Tahun ke 5, tahun 2020 ini KAJ mengajak seluruh umat agar tergerak secara bersama-sama untuk memberi perhatian pada rasa keadilan. Upayanya adalah seluruh umat diajak saling berbagi dengan menghayati Sila ke 5, “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Perhatian terhadap kemanusiaan yang kurang mendapat keadilan, oleh KAJ ditekankan sebagai gerakan bersama, memberantas ketidak adilan dan mereka yang hidupnya kurang beruntung.

KAJ mengajak seluruh umat di keuskupan untuk peduli dan tidak seperti yang dikisahkan dalam injil Lukas tentang orang kaya itu.

Kisah dari Lukas 16:19-31 itu mengarahkan kita bahwa dosa ketidak pedulian terhadap yang membutuhkan uluran tangan itu, ternyata sangat berat hukumannya. Orang kaya yang tidak peduli mendapat hukuman penderitaan kekal. Semangat berbagi adalah upaya umat beriman. Tindakan berbagi menjadi tanda bagaimana kita melihat kemanusiaan, di mana kita baik orang kaya maupun orang miskin sama-sama diciptakan Tuhan. Dan Tuhan memberikan kasihnya melalui anugerah-anugerah yang berharga. Banyak dari kita mengulurkan tangannya untuk penderitaan orang yang kurang beruntung baik secara pribadi maupun secara kolektif.

Mari kita saling berbagi untuk mengubah hidup menjadi lebih mulia di hadapan Tuhan.

Rm. A. Yus Noron, Pr