Kepada Siapa Aku Bersyukur?

 

Dalam bacaan Injil hari ini kita dapat melihat bagaimana Yesus berjumpa dengan 10 orang kusta dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem. Perjumpaan ini terjadi di sebuah desa yang terletak di perbatasan daerah Galilea dan Samaria. Mungkin, desa ini lambat laun menjadi lokalisasi para orang kusta, yang disingkirkan oleh orang-orang di Galilea maupun Samaria. Rupanya di desa ini para orang kusta itu mau tidak mau bergaul satu sama lain. Penyakit kusta membuat mereka sama-sama mengalami nasib yang sama, disingkirkan, apapun latar belakang mereka. Padahal orang Yahudi biasa tidak bergaul dengan orang Samaria (lihat kisah perempuan samaria di sumur Yakub).

 

Niat para kusta untuk sembuh dan kembali ke masyarakat asal mereka sangat besar. Sambil berdiri dari jauh mereka berteriak kepada Yesus, memohon belaskasih. Yesus tidak menjamah mereka, seperti yang Ia buat kepada penderita kusta yang lain (Mrk 1:39-45/Mat 8:1-4) melainkan langsung menyuruh mereka pergi menghadap imam-imam. Perintah Yesus untuk menunjukkan diri kepada imam ini juga termuat dalam kitab Imamat 14:2-9. Tetapi, menurut imamat, hukum ini hanya bisa dilaksanakan setelah orang kusta itu tahir. Para imam memeriksa kesembuhan, dan setelah dipastikan sembuh orang itu harus melakukan syarat-syarat tertentu supaya dinyatakan tahir dan diperkenankan masuk kembali ke dalam masyarakat.

 

Di tengah perjalanan para orang kusta ini menjadi tahir. Namun, hanya ada satu orang yang kembali kepada Yesus, yakni seorang Samaria – yang disebut Yesus sebagai orang asing. Ke mana sembilan orang yang lain? Apakah mereka tidak bersyukur? Apakah mereka kurang tahu berterimakasih? Belum tentu seperti itu. Bisa saja mereka melanjutkan perjalanan mereka menemui imam-imam dan melakukan sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab Imamat. Mereka bersyukur dengan caranya sendiri.

 

Kisah ini menjadi satu kabar gembira bagi pembaca Injil Lukas, jemaat bangsa-bangsa non-Yahudi. Ungkapan syukur mereka kini tidak terikat dengan adat istiadat Yahudi. Yesuslah yang menjadi sumber dan puncak ungkapan iman mereka, persis dengan apa yang kita lakukan saat ini dalam Perayaan Ekaristi. Maka, kepada siapakah ungkapan syukur kita pertama-tama ditujukan?

 

Tuhan memberkati.

 Rm. Reynaldo Antoni, Pr.